Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Tataran Morfologi
Kesalahan
Berbahasa Tataran Morfologi
Analisis
kesalahan berbahasa pada tataran morfologi ini mengambil objek kajiannya pada
majalah budaya (sagang), nomor 136/Januari2010/Tahun XI. Ramlan (1997:21)
mengatakan bahwa morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau
yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan
bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Di dalam analisis kesalahan
berbahasa tataran morfologi, Setyawati (2010: 49) mengatakan bahwa dalam
kenyataannya berbahasa, masih sering dijumpai bentukan kata yang menyimpang
dari kaidah. Baik ragam tulis maupun ragam lisan dapat terjadi kesalahan
berbahasa dalam pembentukan kata atau tataran morfologi. Kesalahan berbahasa
dalam tataran morfologi disebabkan oleh berbagai hal, antara lain : (a)
penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh tetapi tidak diluluhkan,
(c) peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d) penggantian morf, (e)
penyingkatan morf mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-, (f) pemakaian afiks yang tidak
tepat, (g) penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, (h) penempatan afiks yang
tidak tepat pada gabungan kata, dan (i) pengulangan kata majemuk yang tidak
tepat. Dari majalah sagang, saya mendapatkan beberapa kesalahan yang tidak
tepat penulisannya. Ada pun analisisnya:
1. Penggunaan afiks yang tidak tepat
1.1
Penggunaan prefiks peng-
Bentuk
tidak baku
1. "...mengenai manusia dan kaumnya,
mengenai kekuasaan yang nampak dan yang gaib, yang kesemuanya itu termaktub
dalam setiap penglibatan dirinya
sebagai penemu jalan keluar masalah-masalah yang merundung..." Majalah
sagang (2010:9).
Bentukan
kata penglibatan pada kalimat di atas
merupakan kata yang tidak baku. Kesalahan tersebut terjadi karena
kekurangcermatan dalam memilih prefiks yang tepat. Bentukan yang baku dalam
bahasa Indonesia adalah menggunakan prefiks pe-,
sehingga menjadi:
Bentuk
baku
1a.
"...mengenai manusia dan kaumnya, mengenai kekuasaan yang nampak dan yang
gaib, yang kesemuanya itu termaktub dalam setiap pelibatan dirinya sebagai penemu jalan keluar masalah-masalah yang
merundung..."
Kata
pelibatan terdiri dari kata dasar
libat, menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:668) Li.bat,ber.li.bat v
berbelit, sedangkan Pe.li.bat.an n proses, cara, perbuatan melibatkan: ~ generasi muda dl pembangunan mutlak
diperlukan. Menurut Alwi dkk ( 2003: 229 ) nomina dengan peng-an umumnya
diturunkan dari verba yang berstatus transitif.
Bentuk
tidak baku
1.
"...disamping Sultan mereka selagi Sultan mereka itu belum tewas atau terkorban di Medan peperangan".
Majalah sagang (2010:67).
Bentukan
kata terkorban pada kalimat di atas
merupakan kata yang tidak baku. Kesalahan tersebut terjadi karena
kekurangcermatan dalam memilih prefiks yang tepat. Bentukan yang baku dalam
bahasa Indonesia adalah menggunakan prefiks ber-,
sehingga menjadi:
Bentuk
baku
1a.
"...disamping Sultan mereka selagi Sultan mereka itu belum tewas atau berkorban di Medan peperangan".
Kata
dasar berkorban adalah korban, menurut Departemen Pendidikan Nasional
(2007:595) kor·ban n 1
pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan, dsb; kurban: jangankan harta, jiwa sekalipun kami berikan
sbg --; 2 orang, binatang, dsb yg menjadi menderita (mati dsb) akibat suatu
kejadian, perbuatan jahat, dsb: sepuluh
orang -- tabrakan itu dirawat di rumah sakit Bogor; sedangkan ber·kor·ban v 1 menyatakan
kebaktian, kesetiaan, dsb; menjadi korban; menderita (rugi dsb); 2 memberikan
sesuatu sbg korban: kami rela ~ demi
kejayaan nusa dan bangsa;
2. Bunyi yang harus luluh tidak
diluluhkan
Sering dijumpai kata dasar yang berfonem awal
/k/,/p/,/t/,/s/ tidak luluh jika mendapat meng-
atau peng-. Seperti contoh analisis:
Bentuk tidak baku
1.
"...seperti ruang remang-remang yang menggoda akal Budi untuk dijelajahi,
atau lubuk tenang yang mempesona
untuk diselami..." Majalah sagang (2010:14)
Sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia baku, kata mempesona seharusnya fonem awalnya
luluh menjadi bunyi nasal atau sengau, yaitu /p/ menjadi /m/. Jadi
perbaikan kalimatnya menjadi:
Bentuk
baku
1a.
"...seperti ruang remang-remang yang menggoda akal Budi untuk dijelajahi,
atau lubuk tenang yang memesona untuk diselami..."
Kata
memesona terbentuk dari kata dasar
pesona menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:866) pe·so·na n 1 guna-guna; jampi; mantra (sihir): dukun itu membuat (mengenakan) -- kpd gadis
itu; 2 daya tarik; daya pikat: senyum gadis itu penuh --; sedangkan me·me·so·na v sangat menarik perhatian; mengagumkan: tari-tarian Minang klasik dng pakaiannya yg cemerlang sungguh ~;
Bentuk tidak baku
2.
"Tapi, aku tak pernah mempedulikan
hal itu" Majalah sagang (2010:26)
Sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia baku, kata mempedulikan seharusnya fonem awalnya
luluh menjadi bunyi nasal atau sengau, yaitu /p/ menjadi /m/. Jadi
perbaikan kalimatnya menjadi:
Bentuk baku
2a.
"Tapi, aku tak pernah memedulikan
hal itu"
Kata
memedulikan terbentuk dari kata dasar
peduli menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:841) pe·du·li v mengindahkan;
memperhatikan; menghiraukan: mereka asyik
memperkaya diri, mereka tidak -- orang lain yg menderita; sedangkan me·me·du·li·kan v mengindahkan; menghiraukan; memperhatikan; mencampuri (perkara
orang dsb): orang tua itu suka ~ orang
lain;
Bentuk
tidak baku
3.
"Aku mulai menterjemahkan
sesuatu" Majalah sagang (2010:28)
Sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia baku, kata menterjemahkan seharusnya fonem
awalnya luluh menjadi bunyi nasal atau sengau, yaitu /t/menjadi /n/. Jadi
perbaikan kalimatnya menjadi:
Bentuk baku
3a.
"Aku mulai menerjemahkan
sesuatu"
Kata
menerjemahkan terbentuk dari kata
dasar terjemah, menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007: 1183) ter·je·mah v, me·ner·je·mah·kan v menyalin (memindahkan) suatu bahasa ke
bahasa lain; mengalihbahasakan: tenaga yg
sanggup ~ buku-buku bahasa Inggris ke bahasa Indonesia masih sangat terbatas;
3. Penyingkatan morf meng-, mem-, men-, meny-,dan menge-
Bentuk
tidak baku
1.
"Sambil ngobrol, tangan Rani
meraba sebuah tea botol dan Ia langsung minta bukakan dengan ibu kantin
itu". Majalah sagang (2010:33)
Setyawati
( 2010: 61), salah satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif
dalam bahasa Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks meng- adalah me-, mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-. Mungkin karena pengaruh bahasa daerah pemakaian bahasa
sering menyingkat morf di atas menjadi m-,
n-, ng-, ny-, dan nge-.
Penyingkatan tersebut sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam
tulis. Pencampuradukan ragam lisan dan ragam tulis menghasilkan pemakaian
bentuk kata yang salah. Seperti kata ngobrol,
alomorf dari meng- dituliskan secara
singkat. Seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat
alomorf dari meng-. Bentukan yang
benar adalah:
Bentuk
baku
1a.
"Sambil mengobrol, tangan Rani
meraba sebuah tea botol dan Ia langsung minta bukakan dengan ibu kantin
itu".
Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2007:793) ob·rol,
meng·ob·rol v bercakap-cakap atau berbincang-bincang secara santai tanpa pokok
pembicaraan tertentu: setiap pagi mereka
- di warung kopi itu;
Bentuk
tidak baku
2.
"Kalau tak ngulang pun tak
masalah tapi hitung-hitung waktu masih ada dan tugasku di organisasi masih numpuk sekalian aku selesaikan".
Majalah sagang (2010:34)
Salah
satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa
Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks meng- adalah me-, mem-, men-,
meng-, meny-, dan menge-. Mungkin
karena pengaruh bahasa daerah pemakaian bahasa sering menyingkat morf di atas
menjadi m-, n-, ng-, ny-, dan nge-. Penyingkatan tersebut sebenarnya
adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Pencampuradukan ragam lisan
dan ragam tulis menghasilkan pemakaian bentuk kata yang salah. Seperti kata ngulang dan numpuk alomorf dari meng-
dituliskan secara singkat. Seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan
tidak menyingkat alomorf dari meng-.
Bentukan yang benar adalah:
Bentuk
baku
2a.
"Kalau tak mengulang pun tak
masalah tapi hitung-hitung waktu masih ada dan tugasku di organisasi masih menumpuk sekalian aku selesaikan".
Kata
dasar mengulang adalah ulang, Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2007:1239) ulang
v 1 lakukan lagi: perbuatan itu
tidak akan saya --; 2 kembali
seperti semula: cetak --; sedangkan meng·u·lang v 1 berbuat lagi serupa
dng dahulu: ujiannya tahun ini gagal
sehingga ia terpaksa ~ pd tahun berikutnya; 2 mempelajari kembali; menghafal: dicobanya ~ pidato yg akan diucapkannya; Kata kedua Menumpuk,
menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:1223) tum·puk 1 n longgok (timbunan sesuatu) yg tidak
berapa banyak; susunan barang yg bertumpang-tindih: lima -- uang; 2 v menumpuk; sedangkan kata menumpuk
terjadi peluluhan karena fonem awal bertemu dengan fonem awal /k/, /p/, /t/,
/s/ sehingga kata tumpuk luluh jika mendapat prefiks meng- atau peng-. me·num·puk v 1 menaruh bersusun-susun;
menimbun(-nimbun); melonggokkan: ia
sedang sibuk ~ buku-buku di dl lemari; ia ~ padi di lumbung; 2 ki
mengumpulkan banyak-banyak; menimbun-nimbun (barang dagangan dsb): satu bulan sebelum hari raya, para pedagang
sudah ~ barang-barang dagangan; 3 ki mengumpul: cita-citanya sudah ~ di kepalanya;
Bentuk
tidak baku
3.
"...cuma dengan gitaris baru ini Naya ngerasa
hambar untuk dekat..." Majalah sagang (2010:69)
Penjelasannya
sama dengan yang di atas, jadi perbaikan kalimat yang baku menjadi:
Bentuk
baku
3a.
"...cuma dengan gitaris baru ini Naya merasa
hambar untuk dekat..."
Kata
merasa terbentuk dari kata rasa, menurut Departemen Pendidikan Nasional
(2007:932 ) 1ra·sa n 1
tanggapan indra thd rangsangan saraf, spt manis, pahit, masam thd indra
pengecap, atau panas, dingin, nyeri thd indra perasa); 2 apa yg dialami oleh badan: --
pedih dan nyeri di perut merupakan gejala sakit lambung; 3 sifat rasa suatu benda: gula -- nya manis; 4 tanggapan hati thd sesuatu (indra): -- sedih (bimbang, takut); 5
pendapat (pertimbangan) mengenai baik atau buruk, salah atau benar: -- adil;
4. Penghilangan afiks
4.1 Penghilangan prefiks meng-
Bentuk
tidak baku
1."Sambil
ngobrol, tangan Rani meraba sebuah tea botol dan Ia langsung minta bukakan dengan ibu kantin
itu". Majalah sagang (2010:33)
Penghilangan
prefiks meng- pada kata bentukan
disebabkan oleh penghematan yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena justru
merupakan pemakaian yang salah. Pada kata minta,
sebaiknya diberi prefiks meng- yang
kalimatnya menjadi baku dan sesuai, perbaikannya:
Bentuk
baku
1a.
"Sambil ngobrol, tangan Rani meraba sebuah tea botol dan Ia langsung meminta bukakan dengan ibu kantin
itu"
Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2007:745-746) min·ta v 1 berkata-kata supaya diberi atau
mendapat sesuatu; mohon: anak itu
merengek-rengek -- dibelikan mainan; 2
mempersilakan: panitia -- para pengunjung
mengisi daftar tamu; 3 cak beli:
dia -- dua porsi nasi rames; 4 meminang; melamar: sudah banyak pemuda yg -- gadis itu, tetapi
ia selalu menolaknya; 5
memerlukan: kenakalan remaja akhir-akhir
ini -- perhatian kita semua; 6 membawa;
menimbulkan: bencana tanah longsor itu
ternyata -- banyak korban jiwa; sadangkan me·min·ta v minta;
4.2 Penghilangan sufiks –an
Bentuk
tidak baku
1.
"...semakin besar kemungkinan Ia terlepas dari hukuman sekiranya Ia
melanggar undang-undang karena Ia berdamping
rapat dengan Sultan..." Majalah sagang ( 2010: 67)
Penghilangan
sufiks -an pada kata bentukan
disebabkan oleh penghematan yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena justru
merupakan pemakaian yang salah. Pada kata berdamping,
sebaiknya diberi sufiks -an yang
kalimatnya menjadi baku dan sesuai, perbaikannya:
Bentuk
baku
1a."...semakin
besar kemungkinan Ia terlepas dari hukuman sekiranya Ia melanggar undang-undang
karena Ia berdampingan rapat dengan
Sultan..."
Departemen
Pendidikan Nasional (2007:234) 1dam·ping
a dekat; karib; rapat (tt
persaudaraan dsb): jauh di mata -- di
hati; sedangkan ber·dam·ping·an v 1
berdekatan; berhampiran: soal dan
jawabnya ditulis ~; 2
bersama-sama (ada, hidup): mereka hidup
~; 3 bahu-membahu: rakyat dan TNI harus selalu ~ menghadapi
bahaya dr luar;
4.3 penghilangan prefiks meng-
Bentuk
tidak baku
1.
" Maaf ganggu tidurnya"
Majalah sagang (2010:70)
Penghilangan
prefiks meng- pada kata bentukan
disebabkan oleh penghematan yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena justru
merupakan pemakaian yang salah. Pada kata ganggu,
sebaiknya diberi prefiks meng- yang
kalimatnya menjadi baku dan sesuai, perbaikannya:
Bentuk
baku
1a.
" Maaf mengganggu tidurnya"
Departemen
Pendidikan Nasional (2007:332) 1gang·gu
v, meng·gang·gu v 1 menggoda; mengusik: pemuda itu suka ~ gadis yg lewat; 2 merintangi; menyebabkan tidak
berjalan sebagaimana mestinya (tt keadaan umum, kesehatan badan, dsb): pawai yg tidak teratur dapat ~ kelancaran
lalu lintas; asap knalpot dapat ~ kesehatan badan; 3 merisaukan (tt hati, pikiran): kepergian gadis itu telah ~ hatinya; 4 merusak suasana: kehadirannya
yg tidak diharapkan itu telah ~ pertemuan yg semula penuh tawa riang; 5 mendatangkan kekacauan (kerusuhan
dsb): gerombolan penjahat itu sering ~
keamanan kota;
Daftar Pustaka
Setyawati,
Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik.
Cetakan Kedua. Surakarta: Yuma Pustaka.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Komentar
Posting Komentar