Ragam Wacana
A.
Ragam Wacana
Menulis adalah
kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada orang lain.
Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks
karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi
tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis. Seperti yang
kita ketahui, karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana :
deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Masing-masing bentuk
wacana ini tidak dapat berdiri sendiri. Misalnya, dalam karangan narasi mungkin
saja terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi. Dalam karangan eksposisi bisa
saja terkandung bentuk deskripsi dan narasi.
1.
Deskripsi
(Pemerian)
Deskripsi
adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan dari
pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Karangan ini sasarannya adalah
pembaca, agar terciptanya daya khayal atau imajinasi sehingga seolah-olah
pembaca melihat, mengalami, dan merasakan objek yang dibicarakan.
2.
Narasi
(penceritaan atau pengisahan)
Narasi adalah
ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Narasi juga
karangan yang memaparkan peristiwa kenyataan, maupun peristiwa rekaan.
Sasarannya adalah memberikan gambaran kepada pembaca langkah, atau rangkaian
terjadinya suatu hal. Contoh karangan narasi adalah karya prosa atau drama,
biografi atau autobiografi, laporan peristiwa, resep atau cara membuat dan
melakukan sesuatu hal.
3.
Eksposisi
(Paparan)
Karangan
eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan,
menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai
ajakan desakan agar pembaca mengikutinya. Sasarannya adalah untuk memberikan
informasi kepada pembaca tanpa mempengaruhi pikiran pembaca. Fakta dan
ilustrasi yang disampaikan penulis sekadar memperjelas apa yang disampaikan.
4.
Argumentasi
(Pembahasan atau Pembuktian)
Karangan ini
bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta
sebagai alasan/bukti. Karangan ini dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca
mengenai kebenaran informasi yang disajikan secara logis, ktitis, dan sesuai
fakta. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari
pembaca.
5.
Persuasi
Karangan ini
ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal
yang disampaikan penulisnya. Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk
berbuat sesuatu sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya. Contoh
persuasi : iklan, selebaran atau kampanye.
Menulis sebagai proses
Beberapa
pendekatan yang kerap muncul dalam pembelajaran menulis (Proett dan Gill,
1986).
1. Pendekatan
frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan mengarang, sekalipun tidak
dikoreksi (seperti buku harian atau surat), akan membantu meningkatkan
keterampilan menulis seseorang.
2. Pendekatan
gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan orang mengenai struktur bahasa akan
mempercepat kemahiran orang dalam menulis.
3. Pendekatan
koreksi berkata bahwa seseorang menjadi penulis karena dia menerima banyak
koreksi atau masukan yang diperoleh atas tulisannya.
4. Pendekatan
formal mengungkapkan bahwa keterampilan menulis akan diperoleh bila pengetahuan
bahasa, pengalineaan, pewacanaan, serta konvensi atau aturan penulisan dikuasai
dengan baik.
Hanya
saja, ada satu hal yang luput, yaitu aktivitas menulisnya itu sendiri. Menulis
sebagai suatu aktivitas yang berproses, tidak tercakup dalam berbagai
pendekatan di atas. Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas
yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan),
penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi
atau penyempurnaan tulisan). Pendekatan proses dalam menulis sangat membantu
pemahaman dan sikap, baik guru menulis atau pun penulis itu sendiri, bahwa
menulis merupakan suatu proses yang kemampuan, pelaksanaan, dan hasilnya
diperoleh secara bertahap. Artinya, untuk menghasilkan tulisan yang baik
umumnya orang melakukannya berkali-kali tidak hanya sekali tulis.
1.
Tahap
Prapenulisan
Tahap
ini merupakan fase persiapan menulis. Menurut Proett dan Gill (1986), tahap ini
merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau
pengalaman yang diperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam menulis
sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan baik. Pada fase prapenulisan
ini terdapat aktivitas memilih topic, menetapkan tujuan dan sasaran,
mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide
atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan. Berikut penjelasannya.
Menentukan topik
Topik
adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh karangan.
Masalah yang sering muncul dalam memilih atau menentukan topik, di antaranya
seperti berikut.
a. Sangat
banyak topik yang dapat dipilih, semua topik menarik dan cukup dikenali. Untuk
mengatasi hal itu, pilihlah topik yang paling sesuai dengan maksud dan tujuan
kita menulis. Atau sebaliknya, banyak topik pilihan dan semua topik menarik,
tetapi pengetahuan tentang topik-topik itu serba sedikit. Untuk mengatasinya,
pilihlah topik yang paling dikuasai, paling mudah dicari informasi
pendukungnya, serta paling sesuai dngan tujuan kita menulis.
b. Tidak
memiliki ide sama sekali tentang topik yang menarik hati kita. Sebenarnya,
kasus seperti ini jarang terjadi karena lazimnya ketika ingin menulis kita telah
memiliki ide tentang tulisan kita. Persoalannya, wawasan kita terlalu sedikit
mengenai topic itu sehingga kita kesulitan mencari arah atau fokus dari ide
kita. Untuk mengatasi hal ini, berdiskusilah atau meminta saran dari orang
lain, membaca referensi, dan melakukan pengamatan.
c. Terlalu
ambisius sehingga jangkauan topik yang dipilih terlalu luas. Di sini penulis
dituntut untuk pandai-pandai mengendalikan diri. Kalau tidak, maka tulisan yang
dihasilkannya akan cenderung dangkal.
Mempertimbangkan maksud atau tujuan
penulisan
Setelah
mendapatkan topik yang baik, langkah selanjutnya adalah menentukan maksud atau
tujuan penulisan. Merumuskan tujuan haruslah hati-hati jangan sampai tertukar
dengan harapan kita sebagai penulis atau manfaat yang dapat diperoleh si
pembaca melalu tulisan kita. Maksud tujuan dalam konteks ini adalah tujuan
mengarang, seperti menghibur, memberitahu atau menginformasikan,
mengklarifikasi atau membuktikan, atau membujuk. Tujuan menulis ini perlu
diperhatikan selama penulisan berlangsung agar misi karangan dapat tersampaikan
dengan baik, karena tujuan akan mempengaruhi corak (genre) dan bentuk karangan,
gaya penyampaian, serta tingkat kerincian isi karangan.
Memperhatikan sasaran karangan
(pembaca)
Kita
harus memperhatikan dan menyesuaikan tulisan kita dengan level sosial, tingkat
pengalaman, pengetahuan, kemampuan dan kebutuhan pembaca. Britton (1975 dalam
Tompkins dan Hoskisson, 1995) menyatakan bahwa keberhasilan menulis dipengaruhi
oleh ketepatan pemahaman penulis terhadap pembaca tulisannya. Kemampuan ini
memungkinkan kita sebagai penulis untuk memilih informasi serta cara penyajian
yang sesuai.
Mengumpulkan informasi pendukung
Ketika
akan menulis, kita tidak selalu memiliki bahan dan informasi yang lengkap.
Itulah sebabnya, sebelum menulis kita perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih
informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam, dan memperkaya isi
tulisan kita. Tanpa pengetahuan dan wawasan yang memadai, maka tulisan kita
akan dangkal dan kurang bermakna. Karena itulah, penelusuran dan pengumpulan
informasi sebagai bahan tulisan sangat diperlukan. Pengumpulan informasi itu
sendiri dapat dilakukan sebelum, sewaktu, atau sesudah penulisan terjadi.
Mengorganisasikan ide dan informasi
Setelah
memilih topik, menentukan tujuan dan corak wacana, mempertimbangkan kemampuan
dan kebutuhan pembaca, maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan atau
menata ide-ide karangan agar menjadi saling bertaut, runtut, dan padu.
2.
Tahap Penulisan
Awal karangan berfungsi untuk memperkenalkan dan sekaligus menggiring
pembaca terhadap pokok tulisan kita. Bagian ini sangat menetukan pembaca untuk melanjutkan
kegiatan bacanya. Isi karangan menyajikan bahasan topic atau ide utama karangan,
berikut hal-hal yang memperjelas atau mendukung ide tersebut seperti contoh,
ilustrasi, informasi, bukti atau alasan. Akhir karangan berfungsi untuk mengembalikan
pembaca pada ide-ide inti karangan melalui
perangkuman atau penekanan ide-ide penting.
Tatkala mengembangkan
setiap ide, kita dituntut untuk mengambil keputusan: keputusan tentang kedalaman
serta keluasan isi, jenis informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan
termasuk di dalamnya teknik pengembangan alinea, serta gaya dan cara pembahasan
(pilihan kata, pengalimatan, danpengalinean). Tentu saja, keputusan itu harus diselaraskan
dengan topik, tujuan, corak karangan, dan pembaca karangan.
Menulis adalah suatu
proses, karena sebuah karangan itu harus selalu dibaca ulang dan diperbaiki sampai
sebuah karangan itu sempurna. Sebagai penulis kita memang harus bersabar,
jangan ingin sempurna hanya dengan sekali tulis. Atau, baru menulis sudah langsung
diperbaiki. Diulang lagi dan menulis lagi. Kalau kita tetap bersikap seperti itu,
percayalah tulisan takakan pernah jadi. Bahkan, mungkin kita akan patah arang.
Kalau apa yang kita tulis jauh
menyimpang dari rencana semula atau jauh dari harapan kita, bolehlah kita
merevisi dan menulis ulang. Akan tetapi,
kalau kekurangan itu tidak parah. Misalnya ada yang tertinggal, belum lengkap,
urutannya terbalik, redaksinya kurang enak teruskan saja dulu kegiatan menulisnya
sampai selesai. Biarkan karangan itu jadi dan utuh dulu sehingga mudah untuk menyunting dan memperbaikinya.
Tahap berikutnya adalah memeriksa, menilai, dan memperbaiki buram itu
sehingga benar-benar menjadi karangan yang baik.
3. Tahap Pascapenulisan
Tahap ini merupakan
tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kitahasilkan. Kegiatannya terdiri
atas penyuntingan dan perbaikan, kegiatan ini bisa terjadi beberapa kali.
Heffernan dan
Lincolnserta Tompkins dan Hosskisson, membedakan pengertian penyuntingan dan perbaikan
atau revisi. Menurut mereka,
penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan seperti ejaan,
pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gayabahasa, pencatatan kepustakaan,
dan konvensi penulisanlainnya. Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah pada
pemerisaan, membaca ulang serta memperbaiki unsur mekanik dan isi karangan.
Penyuntingan di sini
diartikan sebagai kegiatan membaca ulang suatu buram karangan dengan maksud untuk
merasakan, menilai, serta memperbaiki unsur mekanik dan isi karangan. Tujuannya
adalah untuk menemukan atau memperoleh informasi tentang unsur-unsur karangan
yang perlu disempurnakan.
Bertolak dari paparan
di atas,maka kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
·
Membaca
keseluruhan karangan
·
Menandai
hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila adahal-hal yang
harus diganti, ditambahkan, dan disempurnakan
terima kasih dek.
BalasHapusterima kasih dek.
BalasHapusterima kasih dek.
BalasHapusterima kasih dek.
BalasHapusterima kasih dek.
BalasHapusterima kasih dek.
BalasHapusterima kasih dek.
BalasHapus