Belajar Dan Pembelajaran



I.                   Identitas Buku
A.    Judul Buku                              :           Belajar Dan Pembelajaran
B.     Nama Pengarang                     :           Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono
C.     Penerbit                                  :           Rineka Cipta
D.    Tahun Terbit                            :           2013
E.     Cetakan                                  :           Kelima
F.      Kota dan Lembaga Penerbit   :           Jakarta dan Rineka Cipta
G.    Tebal Buku                             :           298 halaman 20,5 cm
II.                Garis Besar Isi Buku
Bab I         : Hakikat Belajar Dan Pembelajaran
1.      Belajar dan pembelajaran
2.      Tujuan belajar dan pembelajaran
Bab II        : Prinsip-Prinsip Belajar Dan Asas Pembelajaran
1.      Prinsip-prinsip belajar
Bab III      : Motivasi Belajar
1.      Motivasi dan pentingnya motivasi
2.      Jenis dan sifat motivasi
3.      Motivasi dalam belajar
Bab IV      : Pendekatan CBSA Dan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran
1.      Pengertian pendekatan CBSA
2.      Rasionalisasi CBSA dalam pembelajaran
3.      Kadar CBSA dalam pembelajaran
4.      Rambu-rambu penyelenggaraan CBSA
5.      Penerapan CBSA
6.      Pendekatan keterampilan proses sebagai bagian dari CBSA
Bab V         : Pendekatan Pembelajaran
1.      Pengorganisasian siswa
2.      Posisi guru siswa dalam pengolah pesan
3.      Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
4.      Proses pengolahan pesan
Bab VI        : Konsep Dasar Evaluasi Belajar Dan Pembelajaran
1.      Pengertian, kedudukan, dan syarat-syarat umum evaluasi
2.      Evaluasi hasil belajar
3.      Evaluasi pembelajaran
Bab VII      : Masalah-Masalah Belajar
1.      Masalah-masalah intern belajar
2.      Faktor-faktor ekstern belajar
3.      Cara menentukan masalah-masalah belajar
        Bab VIII   : Pembelajaran Dan Pengembangan Kurikulum
1.      Kurikulum dan landasan pengembangan kurikulum
2.      Komponen dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
3.      Model-model pengembangan kurikulum
4.      Guru dan pengembangan kurikulum
III.             Intisari Bab/Sub Bab Buku
Bab I           : Hakikat Belajar Dan Pembelajaran
1.   Belajar itu merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, maka belajar itu hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Belajar itu juga dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk mengembangkan potensi diri. Dilihat dari beberapa pendapat para ahli, belajar itu merupakan suatu perilaku yang jika belajar maka responnya menjadi lebih baik dan terus menerus melakukan interaksi dengan lingkungan yang hasilnya merupakan kapabilitas. Sedangkan pembelajaran itu mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar atau proses kegiatan yang dilakukan pendidik terhadap terdidik. Pembelajaran mencakup beberapa komponen, yaitu media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran.
2.   Tujuan belajar dan pembelajaran itu merupakan desain intruksional yang dirumuskan oleh guru berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mencapai tujuan sasaran belajar siswa. Tujuan belajar seorang siswa itu berbeda, karena mereka memiliki program belajar yang berbeda dengan tujuan yang berbeda. Sedangkan guru tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dengan acuan yang berbeda. Tujuan itu dijabarkan dari kurikulum yang berlaku di sekolah.
Bab II         : Prinsip-Prinsip Belajar Dan Asas Pembelajaran
1.      Prinsip-prinsip belajar itu meliputi beberapa prinsip, antara lain
a.    Perhatian dan motivasi, jika siswa merasa butuh dengan bahan pelajaran dan sesuai kebutuhannya dan diperlukan dalam kehidupannya, maka akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya dan disitulah juga timbul sebuah perhatian terhadap bahan pelajaran, selain untuk membangkitkan motivasi. Mottivasi juga mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minta terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
b.      Keaktifan, anak merupakan makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk ingin mengetahui sesuatu yang ingin diselesaikannya. Misalnya, dalam proses belajar di dalam kelas, ada anak yang aktif dan kurang aktif. Tetapi anak yang kurang aktif bukan tidak ingin mengetahui apa yang sedang di bicarakan atau hanya diam mendengar tetapi mereka memiliki factor, contohnya malu untuk mengemukakan pendapat atau tidak percaya diri atas pendapatnya. Sedangkan anak yang aktif terus menerus ingin tahu.
c.  Keterlibatan langsung/ berpengalamanà pengalaman yang langsung terjadi atau dialami oleh seorang individu. Misalnya, untuk mengetahui cara memasak ayam goreng. Sebaiknya, seorang individu langsung melihat sendiri cara membuatnya bukan hanya mendengar dari teman atau Cuma membaca.
d.   Pengulangan, menurut teori Psikologi Daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, mengingat, merasakan, berpikir. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Contohnya, mengulang bacaan di rumah, atau membuat tugas, itu dapat dikatakan proses pengulangan untuk tetap mengingat apa yang dipelajari.
e. Tantangan, disetiap situasi belajar, siswa pasti mengalami sebuah tantangan. Contohnya saja untuk memecahkan suatu permasalahan siswa harus berpikir kritis untuk dapat memecahkan masalahnya dan itu terjadi hambatan jika siswa tidak menguasai pelajarannya. Jika siswa menguasai atau mengerti dengan pelajarannya hambatan itu dapat diatasi, artinya permasalahan yang dicari akan terselesaikan.
f.       Balikan dan penguatan, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik untuk usaha belajar selanjutnya. Tetapi tidak hanya penguatan yang menyenangkan saja tetapi juga ada yang tidak menyenangkan.
g.   Perbedaan individual, setiap siswa memiliki perbedaan karateristik, yaitu psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Jadi, guru harus bisa melihat setiap perbedaan individu siswanya, untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama-sama.
Prinsip-prinsip belajar ini juga berimplikasi kepada siswa dan guru, jika dilihat dari keseluruhannya sama saja dengan prinsip-prinsip belajar tetapi ini ditujukan kepada siswa. Agar mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap diri mereka. Sedangkan implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tampak pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru terwujud dalam perilaku fisik dan psikis mereka, atau perilaku guru yang dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.
Bab III        : Motivasi Belajar
1.      Motivasi merupakan dorongan yang muncul karena diberikan oleh seseorang kepada kita atau orang lain, untuk menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya atau timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi ini memiliki 3 komponen yaitu, (i) kebutuhan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan. (ii) dorongan. Dorongan disini merupakan kekuatan mental untuk pemenuhan harapan yang ingin dicapai, sehingga di dalam diri individu terdapat dorongan untuk melakukan yang akan dilakukan untuk pencapaian yang baik. (iii) tujuan. Tujuan disini ialah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Lalu jika dilihat pentingnya motivasi dalam belajar, itu sangat penting, karena jika di dalam diri individunya tidak memiliki motivasi semua tujuan yang ingin dicapainya tidak akan tercapai dengan baik. Contonya saja, pada siswa. Motivasi itu dapat mengarahkan kegiatan belajar, yang awalnya dia tidak serius dalam belajar lalu setelah dia mengetahui bahwa dia tidak serius dalam belajar dan terbukti banyak bergurau misalnya, dia akan mengubah perilaku belajarnya kea rah yang lebih baik.
2.  Adapun jenis-jenis motivasi yaitu, motivasi primer. Motivasi primer ini yang mendasarinya pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Insting itu memiliki tujuan dan memerlukan pemuasan. Freud berpendapat bahwa insting memiliki empat ciri, (i) tekanan. Tekanan yaitu kekuatan yang memotivasi individu untuk bertingkah laku. (ii) sasaran. Sasaran insting adalah kepuasan atau kesenangan. (iii) objek. Objek insting yaitu hal-hal yang memuaskan insting. (iv) sumber. Sumber insting dibedakan menjadi dua jenis yaitu, insting kehidupan dan insting kematian. Kalau insting kehidupan dia berpikir berupa makan, minum, dan lain-lain, sedangkan insting kematian tertuju pada penghancuran. Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya sikap. Sifat-sifat motivasi antara lain motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri yang dikenal sebagai motivasi internal, motivasi intrinsic yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sedangkan dari luar seseorang dikenal sebagai motivasi eksternal, motivasi ini adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya, orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman.
3.      Motivasi dalam belajar ini penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru atau pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru yang sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
Bab IV      : Pendekatan CBSA Dan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran
1.      Pengertian pendekatan CBSA yaitu sebagai anutan pembelajaran yang mengarah pada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan yang diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
2.      Rasionalisasi CBSA dalam pembelajaran melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan organisasi sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
3.      Kadar CBSA dalam pembelajaran. CBSA akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang tinggi apabila pembelajaran lebih berorientasi kepada siswa, dan akan terjadi sebaliknya bila arah pembelajaran cenderung berorientasi kepada guru.
4.      Rambu-rambu penyelenggaraan CBSA adalah gejala-gejala yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik dalam program maupun dalam proses pembelajaran. Rambu-rambu itu antara lain: (i) kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan, (ii) prakasa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat,keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya, (iii) keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran, (iv) usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran, (v) keingintahuan yang ada pada diri siswa, (vi) rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa, (vii) kuantitas dan kualitas usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong keaktifan siswa, (viii) kualitas guru sebagai innovator dan fasilitator, (ix) tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran, (x) kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran, (xi) keterikatan guru terhadap program pembelajaran, (xii) variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran, (xiii) kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
5. Penerapan CBSA, guru hendaknya tidak lagi mengajar sekedar menyampaikan pengetahuan/ceramah. Guru hendaknya mengajar untuk membelajarkan siswa dalam konteks belajar bagaimana belajar mencari, menemukan, dan lain-lain. Lambat laun penerapan CBSA pada gilirannya akan mencetak guru-guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan alam dan social budaya.
6. Pendekatan Keterampilan Proses sebagai Bagian dari CBSA.
1. Rasionalisasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pengajaran didasarkan pada hal-hal berikut: (a) Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, (b) pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal, (c) penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu.
2. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses dan Keterkaitannya dengan CBSA. Pengertian PKP menunjukkan bahwa penerapan PKP selalu menuntut adanya keterlibatan fisik maupun mental-intelektual siswa. PKP tidak mungkin dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang tidak menerapkan CBSA, PKP berjalan secara optimal apabila kadar CBSA proses pembelajaran tinggi, dan sebaliknya. Dengan kata lai, PKP berinteraaksi secara timbale balik dengan penerapan CBSA dalam proses pembelajaran.
3. Jenis-jenis keterampilan dalam Keterampilan proses. Keterampilan dasar, antara lain: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi, antara lain: mengidentifikasi variable, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variable secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
4. Penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran. Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran. Selain itu, perlu disadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat terjadi pengembangan lebih dari satu keterampilan proses.
Bab V              : Pendekatan Pembelajaran
1.    Pengorganisasian Siswa dapat dilihat dari, Pertama pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individunya sendiri. Kedua, pembelajaran secara kelompok adalah kegiatan belajar-mengajar di kelas adakalanya guru membentuk kelompok kecil. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Ketiga, pembelajaran secara klasikal merupakan kemampuan guru yang diutamakan, karena pada umumnya jumlah siswa dalam kelas berkisar dari 10-45 orang. Dengan jumlah tersebut seorang guru masih dapat membelajarkan siswa secara berhasil.
2.  Posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan dapat dilihat dari, Pertama, pembelajaran dengan strategi ekspositori merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada guru. Guru aktif dalam menyampaikan/menjelaskan informasi terperinci, tujuannya untuk memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Kedua, pembelajaran dengan strategi inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Model pengajaran inkuiri itu terpusat pada siswa. Tujuannya untuk mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.
3.      Kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran menyangkut mengembangkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik berkat pembelajaran. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik.
4.    Proses pengolahan pesan ada dua jenis yaitu, Pertama, pengolahan pesan secara deduktif dimulai dengan (i) guru mengemukakan generalisasi, (ii) penjelasan berkenaan dengan konsep-konsep, dan (iii) pencarian data yang dilakukan oleh siswa. Pengumpulan data tersebut berguna untuk menguji kebenaran generalisasi. Dalam kegiatan ini siswa juga mengaplikasikan konsep terhadap data tertentu. Kedua, pengolahan pesan secara induktif bermula dari (i) fakta atau peristiwa khusus, (ii) penyususnan konsep berdasarkan fakta-fakta, (iii) penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep. Bila sudah ada teori yang benar, pada umumnya dirumuskan hipotesis, (iv) terapan generalisasi pada data baru, atau uji hipotesis, kemudian (v) penarikan kesimpulan lanjut.
Bab VI                  : Konsep Dasar Evaluasi Belajar Dan Pembelajaran.
1.    Pengertian, Kedudukan, dan Syarat-Syarat Umum Evaluasi. Pertama pengertian evaluasi, yaitu proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian. Kedua, kedudukan evaluasi dalam proses pendidikan, bersifat integrative, artinya setiap ada proses pendidikan pasti ada evaluasi. Mengadakan kegiatan evaluasi mulai sejak siswa akan memasuki proses pendidikan, selama proses pendidikan, dan berakhir pada satu tahap proses pendidikan. Ketiga, syarat-syarat umum evaluasi (i) kesahihan
2.      Evaluasi hasil belajar.
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, lalu ditandai oleh adanya nilai berupa huruf atau kata atau symbol. Kemudian dapat difungsikan (i) untuk diagnostik dan pengembangan, (ii) untuk seleksi, (iii) untuk kenaikan kelas, dan (iv) untuk penampatan. Sasaran evaluasi hasil belajar berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Prosedur evaluasi hasil belajar memiliki tahapan yang perlu dilalui seorang penilai. Pertama persiapan, sebelum melakukan kegiatan pasti harus memiliki perencanaan atau persiapan, maka kegiatan evaluasi hasil belajar juga diawali dengan persiapan. Persiapan itu mencangkup semua yang dibutuhkan dalam evaluasi. Kedua penyusunan instrument evaluasi, yaitu metode/teknik evaluasi yang dipakai, apakah teknik tes/non tes, setelah mengetahui teknik apa yang digunakan lalu baru bias menyusun alat penilaian. Ketiga pelaksanaan pengukuran, (i) persiapan tempat pelaksanaan pengukuran, mempersiapkan ruangan yang memenuhi syarat ruangan yang baik dan tingkat kebisingan, (ii) melancarkan pengukuran, seperti memberitahukan peraturan pelaksanaan pengukuran dan lain-lain, (iii) menata dan mengadministrasikan lembar soal dan lembar jawaban siswa untuk memudahkan penilaian. Keempat pengolahan hasil belajar antara lain, menskor, mengubah skor mentah menjadi skor standar, menkonversikan skor standar ke dalam nilai. Kelima penafsiran hasil nilai, bersifat individual yakni penafsiiran terhadap keadaan/kondisi seorang siswa berdasarkan perolehan penilaian hasil belajarnya. Sedangkan yang bersifat klasikal melihat dari keadaan kelas. Keenam pelaporan dan penggunaan hasil evaluasi, pelaporan dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran langsung maupun tidak langsung.
3.      Evaluasi Pembelajaran.
Tujuan utamanya sejumlah informasi atau data tentang jasa, nilai atau manfaat kegiatan pembelajaran. Lalu difungsikan dan ditujukan untuk pengembangan pembelajaran dan akreitas. Sasaran evaluasi pembelajaran adalah aspek-aspek yang terkandung dalam kegiatan pembelajaran yang melipti, tujuan pengajaran, unsure dinamis pembelajaran, pelaksanaan, dan kurikulum. Prosedur evaluasi pembelajaran, (i) penyusunan rancangan meliputi, latar belakang, problematika, tujuan evaluasi, populasi dan sampel, instrument dan sumber data, serta teknik analisis data (Arikunto, 1988:44). (ii) penyusunan instrument, setelah menyusun rancangan maka tahap selanjutnya adalah penyusunan instrument. Langkah-langkahnya: merumuskan tujuan, membuat kisis-kisi, membuat instrument evaluasi pembelajaran, dan menyunting instrument. (iii) pengumpulan data, dapat berupa wawancara, pengamatan, dan studi kasus. (iv) analis data, informasi yang telah terkumpul lalu diolah dan dianalisis. (v) penyusunan laporan, pokok-pokok penyusunan laporan: tujuan evaluasi, problematika, lingkup dan metodologi, pelaksanaan evaluasi pembelajaran, dan hasil evaluasi pembelajaran.
Bab VII           : Masalah-Masalah Belajar.
1.      Masalah-masalah intern belajar. Proses belajar merupakan hal yang kompleks, siswalah yang menentukan terjadinya atau tidaknya belajar. Factor intern yang dialami oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar, meliputi sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, cita-cita siswa.
2.      Faktor-faktor ekstern belajar, antara lain dilihat dari guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan social siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah.
3.      Cara menentukan masalah-masalah belajar. Sebagai pendidik generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh siswa dengan langkah sebagai berikut (i) pengamatan perilaku belajar, (ii) analisis hasil belajar, (iii) tes hasil belajar. Setelah guru mengetahui langkah-langkah menemukan masalah-masalah pada siswa, guru dapat bagaimana cara menentukan permasalahan siswa dalam belajar.
Bab VIII         : Pembelajaran Dan Pengembangan Kurikulum
1.      Kurikulum dan landasan pengembangan kurikulum.
Kurikulum menurut para ahli (Zais, Tanner dan Tanner) yaitu, kurikulum sebagai jalan meraih ijazah, kurikulum sebagai mata dan isi pelajaran, kurikulum sebagai rencana kegiatan pembelajaran, kurikulum sebagai hasil belajar, kurikulum sebagai pengalaman belajar. Dari kelima konsep kurikulum guru dapatmemilih satu atau lebih konsep kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum meliputi, landasan folosofis. Untuk landasan filosofis pengembangan kurikulum di Indonesia secara cepat dan tepat yakni nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia seutuhnya yaitu Pancasila. Landasan social-budaya-agama, Landasan ilmu pengetahuan teknologi dan seni, landasan kebutuhan masyarakat, dan landasan perkembangan masyarakat.
2.      Komponen dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Komponen kurikulum terdiri dari, tujuan, materi/pengalaman belajar, organisasi, dan evaluasi.  Empat komponen kurikulum tersebut akan dapat dihasilkan melalui pengembangan kurikulum yang memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip itu meliputi, (i) prinsip relevansi, relevansi berarti sesuai antara komponen-komponen kurikulum dan juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat, (ii) prinsip kontinuitas, komponen kurikulum dikembangkan secara berkesinambungan, (iii) prinsip fleksibilitas, kurikulum harus mampu disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang.
3.      Model-model pengembangan kurikulum.
Pertama model administrative, atau garis komando (a) menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, (b) menyiapkan instalansi atau implementasi dokumen. Model ini membutuhkan kegiatan penyiapan para pelaksana kurikulum melalui pelatihan agar dapat melaksanakan kurikulum dengan baik. Kedua model grass-roots, atau rakyat biasa semua inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum dari bawah. Ketiga model Beauchamp, mengumpulkan data melalui kegiatan evaluasi yang digunakan untuk proses pengembangan kurikulum. Keempat model Arah Terbalik Taba, model pengembangan kurikulum ini terbalik dari yang lazim dilaksanakan, yakni dari biasanya dilakukan secara deduktif dubalik menjadi induktif. Kelima model Rogers, model ini lebih mementingkan kegiatan pengembangan kurikulum daripada rancangan pengembangan kurikulum tertulis, yakni melalui aktivitas dan interaksi dalam pengalaman kelompok intensif yang terpilih.

Komentar

  1. postingannya sangat membantu.. terima kasih :D

    BalasHapus
  2. Terima Kasih banyak postingan belajar dan pembelajarannya sangat membantu,,,,,,,,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teks Prosedur

Konsep Teknologi Perkantoran

Frase