Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Faktor-faktor yang memungkinkan diangkatnya Bahasa Melayu menjadi bahasa kesatuan

        Prof. Dr. Slametmulyana mengemukakan empat faktor yang menjadi penyebab kenapa bahasa Melayu yang dijadikan bahasa nasional kenapa tidak bahasa Jawa misalnya, yang jumlah pemakaiannya meliputi hampir setengah penduduk Indonesia dan juga bahasa yang kesusastraannya sudah maju dibandingkan dengan bahasa Melayu? ini 4 faktor yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Slametmulyana: 1. Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua - france di Indonesia, bahasa perhubungan/perdagangan. Malaka pada masa jayanya menjadi pusat perdagangan dan pusat pengembangan agama islam, dengan bantuan para pedagang bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antarindividu.  Karena bahasa Melayu itu sudah tersebar dan boleh dikatakan sudah menjadi bahasa sebagian besar penduduk, Gubernur Jenderal Rochussen lalu menetapkan bahwa bahasa Melayu dijadikan bahasa pengantar di sekolah untuk mendidi

Perkembangan Bahasa Indonesia

1.1 Asal Bahasa Indonesia       Pada hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, diresmikan suatu bahasa nasional Bahasa Indonesia yang sebenarnya adalah bahasa Melayu. Nama baru ini yaitu Bahasa Indonesia bersifat politis, sejalan dengan nama negara merdeka yang diidam-idamkan. Negara Indonesia dan suatu bangsa bersatu yaitu Bangsa Indonesia. Semua politis sifatnya karena dengan rasa bersatu yang ditimbulkannya, semangat untuk berjuang bersama-sama dalam mengejar kemerdekaan lepas dari penjajahan akan lebih berkobar-kobar. Bangsa Indonesia lebih merasa terikat dalam satu ikatan karena merasa :  Satu Tanah Air, Satu Bangsa,  dan  Satu Bahasa.       Sebenarnya perkembangan Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia berlangsung secara perlahan-lahan, tetapi secara terus-menerus. Kalau diperhatikan, bahasa yang kita pergunakan memang tidak lagi sama dengan Bahasa Melayu yang dipakai pada zaman Tun Muhammad Sri Lanang, atau pada zaman Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dan juga tidak sama den